Ada falsafah hidup yang mengatakan
“Lebih baik tangan yang memberi daripada tangan yang menerima.” Dalam falsafah
ini terkandung nilai–nilai luhur dan berguna bagi kehidupan ini. Melalui
penggalan kalimat ini, kita kembali disadarkan tentang pentingnya memberi. Memberi yang lahir dari diri sendiri, dan bertujuan untuk menolong atau meringankan
beban sesama kita yang sedang menderita dan membutuhkan. Di era yang penuh
dengan kemajuan teknologi, mungkin falsafah ini sudah jarang terdengar bahkan
ditinggalkan oleh banyak orang. Tidak heran, di zaman yang serba cepat seperti
saat ini, banyak dari kita yang semakin individualis bahkan terjebak dalam self
centered syndrome atau sindrom yang menjadikan diri sendiri sebagai pusat
dari segala kehidupan yang ada tanpa menghiraukan keberadaan orang lain. Dampak
dari sindrom ini adalah pemikiran seperti : saya yang paling sulit dan
menderita, sehingga seharusnya saya yang dibantu bukan membantu.
Kalimat–kalimat ini mungkin muncul dalam pikiran kita
saat kita hendak memberi. Namun, menurut Yesus memberikan yang terbaik tidak
dilihat dari kuantitas tetapi tangan yang tulus dan hati yang rela memberi.
Seperti dalam bacaan kita, Paulus juga mengingatkan kepada kita untuk dengan
setia mau menolong sesama kita yang sedang menderita kesulitan, sembari terus mengingat dan
menanamkan perkataan Yesus di dalam hidup kita.
Doa: Ajarlah kami memberi dengan tangan yang tulus dan hati yang rela berbagi. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar