Rasanya, pertentangan antara kelompok yang Yahudi
dan non Yahudi tidak pernah berkesudahan pada awal-awal masa pertumbuhan
gereja. Seorang Yahudi yang dekat, diam di rumah, dan makan sehidangan dengan
orang non Yahudi akan dilabeli sebagai seorang kafir/haram (bnd. Ay. 3). Orang
Yahudi meyakini, bahwa pertobatan, keselamatan, dan berkat Allah hanya
ditujukan kepada mereka, bukan yang lain. Padahal, kepada bangsa-bangsa lain,
Allah turut mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup (bnd. Ay. 18).
Petrus yang mendapat pertentangan karena telah melakukan pembaptisan kepada
Kornelius di Yerusalem turut menegaskan, bahwa apa yang dilakukannya dihalalkan
oleh Allah (bnd. Ay. 9). Jawaban Petrus turut menjadi kritik dan panggilan
kepada kita di masa kini, bahwa perbedaan golongan, ras, suku, dan kepercayaan
jangan menjadi pemecah kehidupan bersama. Justru sebaliknya, perbedaan harus
dipandang sebagai anugerah Allah yang membawa kehidupan. Ingatlah, bahwa taman
yang indah tidak pernah terisi oleh 1 warna tunggal, melainkan oleh beragam
warna. Semakin banyak warna maka semakin indah taman itu. Demikianlah hidup
kita.
Doa: Tuhan, mampukanlah kami untuk dapat menerima dan
menghormati sesama kami yang berbeda dengan kami. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar