Setiap orang memiliki memori (ingatan masa lalu), entah itu yang baik maupun buruk. Keduanya melekat erat, bahkan kadang kembali terlintas. Saat ingatan yang baik muncul kita mungkin akan tersenyum bahagia. Sebaliknya, kenangan buruk justru bisa menyebabkan guncangan jiwa (trauma). Ingatan negatif tersebut tentu ingin dilupakan. Namun, bagaimana cara menghilangkan ingatan atau melupakan sesuatu yang buruk?. Nabi Yeremia pernah memiliki pengalaman yang sama. Ia sulit untuk melupakan peristiwa kelam yang dialami oleh bangsa Yehuda, yakni kehancuran kota Yerusalem, runtuhnya Bait Allah, dan umat dibuang ke Babel. Sebagai seorang nabi. Yeremia merasa sangat menyesal dan gagal karena ia menyaksikan penderitaan yang dialami oleh bangsanya sendiri. Hal ini membawa kesedikan yang mendalam bagi Yeremia, sehingga dia katakan: "Jiwaku selalu teringat hal itu, dan tertekan dalam diriku (ayat 21). Namun dalam kesedihan dan penyesalan yang mendalam itu, ia masih tetap berharap pada Tuhan. Yeremia percaya bahwa Allah yang penuh kasih setia dan rahmat (ayat 22) adalah Allah yang akan menyelamatkan dan memberikan pemulihan kepada Yehuda, dimana mereka akan memiliki masa depan yang baru. Makna bagi kita, ada banyak masalah yang kita hadapi yang dapat menyebabkan trauma. Misalnya: kekerasan, perceraian, bencana alam, dan sebagainya. Nabi Yeremia memberikan teladan yang baik bagi kita, tentang bagimana sikap kita menghadapi masalah, yakni percaya dan berharap pada Tuhan. Janganlah membiarkan hidup dibelenggu oleh pengalaman hidup yang kelam dan membuat kita hanya bisa meratapi kehidupan ini. Manfaatkanlah kesempatan hidup untuk melakukan sesuatu yang lebih berkualitas. Kecenderugnan berbuat dosa, tinggalkanlah!. Sebaliknya, dengan berharap dan percaya kepada Tuhan, teruslah bersemangat menjalani kehidupan ini.
Doa: Tuntunlah kami untuk tetap berharap pada kasih setia-Mu. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar