Tahun 1960-an, seorang pemudi bernama Katherine diterima bekerja di sebuah kantor bergengsi. Ia adalah satu-satunya pemudi berkulit hitam di ruang kerjanya. Kehadirannya memang menjadi hal yang aneh di mata rekan-rekan kerjanya yang berkulit putih. Karena seharusnya orang kulit hitam tidak diperkenankan bekerja di sana. Bosnya yang berwatak keras tidak terlalu mementingkan warna kulitnya, karena kepiawaian Katheriine dalam memecahkan kasus-kasus rumit mengesankannya. Kesan baiknya ternyata di kemudian hari menjadi sirna. Sebabnya adalah ia sering menemukan Katherine tidak berada di meja kerjanya. Satu ketika, si bos sudah tidak tahan lagi lalu memanggil dan meminta penjelasan dari bawahannya itu. Ia terdiam setelah mendengar penjelasan Katherine, sebab di luar dugaannya ternyata Katherine harus berjalan hampir 1 km hanya untuk ke toilet. Situasi di Amerika pada waktu itu memang memisahkan toilet orang kulit hitam dan toilet orang kulit putih. Hanya tersedia satu toilet untuk orang kulit hitam di kantor yang begitu luas. Keesokan harinya, bos ini mengeluarkan kebijakan bahwa tidak ada lagi pemisahan antara toilet kulit hitam dan toilet kulit putih. Penghargaan dan persamaan hak di antara manusa sangat perlu agar tidak ada orang yang tertindas karena ketidakadilan. Semua orang haruslah diperlakukan sama tanpa melihat ras dan status. Kehidupan membutuhkan adanya pribadi yang berani tampil membela hak hidup, sehingga tak akan ada lagi orang yang tertindas dan mengalami ketidakadilan. Mari terus menjalani minggu Advent dengan cara mengasihi dan memperlakukan semua orang secara adil, tanpa membeda-bedakan mereka.
Doa: Ya Tuhan, berilah kami kemauan untuk bisa berlaku adil kepada semua orang tanpa memandang perbedaan. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar