Memberi dari kekurangan adalah tindakkan iman yang tidak banyak dari kita sebagai orang percaya mampu melakukannya. Keadaanlah yang membentuk seseorang berpikir dua kali untuk memberi dari kekurangannya bagi orang lain.”Kalo beta kasih par dia lalu nanti beta deng beta ana-ana makang apa?”. Hal ini berbeda dengan cerita seorang janda di Sarfat. Ia mampu memberi dari kekurangan kepada orang asing yang baru saja ditemuinya. Janda ini berani mengambil risiko dengan memberi makan kepada Elia karena ia mempercayai perkataan sang nabi. Sedikit tepung dan minyak yang masih dimilikinya tidak akan habis. Ketersediaan tepung dan minyak yang tinggal sedikit menjadi permulaan baru. Tuhan menjamin kelangsungan hidup mereka. Tak ada yang mustahil jika Tuhan berkehendak. Segenggam tepung dan sedikit minyak di buli-buli yang hanya dapat menjamin hidup mereka sampai besok saja ternyata rela dibagikannya. Janda ini memberi dari kekurangan karena ia percaya pada perkataan Tuhan. Memberi tak akan berakibat pada habisnya sedikit yang masih tersisa, justeru sebaliknya. Memberi mengubah yang sedikit menjadi tak kehabisan. Janda ini percaya bahwa hidup mereka tidaklah ditentukan oleh tepung dan minyak yang masih tersisa sedikit atau harta benda yang dimiliki. Kemurahan Tuhan-lah yang menentukan kelanngsungan hidup di dunia ini. Mereka yang bergantung pada kemurahan Tuhan tak pernah enggan memberi walau ajal sudah menjelang. Memberi dari kekurangan mengubah ancaman kematian menjadi peluang kehidupan. Tak berkesudahan kemurahan Tuhan bagi semua orang yang rela memberi dari apa adanya. Berusahalah untuk memberi dari apa adanya, saat “banyak” ataupun “sedikit”.
MEMBERI DARI KEKURANGAN
Bacaan. 1 Raja-Raja 17 : 7 - 16

Posting Komentar
Posting Komentar