Hikmat Ilahi tidak semata-mata berupa akal budi yang rasional, karena juga menyangkut kasih dan kepedulian terhadap sesama. Manusia yang bergumul dengan penderitaan dan dosa seharusnya mendapat perlakuan yang adil. Kasus yang diperhadapkan kepada Salomo merupakakan kasus yang pelik. Masalahnya bukan sekadar bagaimana bertindak adil secara rasional, tetapi juga dalam pandangan Allah. Allah menghendaki agar mereka yang tertindas memperoleh belas kasihan dan bagi si penindas diberikan hukuman. Kedua perempuan sundal ini, selain menjadi budak dosa juga mewakili manusia yang diperbudak oleh kondisi sosial masyarakat yang bersifat patrilineal. Kondisi mereka melacurkan diri pasti tidak lepas dari perlakuan masyarakat yang diskriminatif terhadap kaum perempuan. Mereka sepatutnya mendapat perhatian dari masyarakat, bukan dari sang raja muda yang saleh saja. Raja ini bukanlah orang berhikmat yang kehilangan perasaan pada saat memerintahkan agar bayi yang diperebutkan itu dibelah menjadi dua bagian. Salomo justeru karena hikmat ilahi membongkar dinginnya hati manusia yang dibelenggu dosa. Ia juga menghangatkan hati nurani dari orang yang belum kehilangan kemanusiaannya. Kiranya hikmat yang sama memandu kita pada saat keputusan, terutama dalam keluarga. Janganlah mengandalkan rasio, tetapi nurani agar peka terhadap hati Allah yang peduli kepada orang tertindas. Mintalah hikmat ilahi sebab Allah akan memberikan hikmat-Nya kepada yang memintanya.
Doa: Tuhan berikanlah hikmat agar kami memutuskan hal apapun menurut kehendak-Mu. Amin!
Posting Komentar
Posting Komentar