Kasih yang kita miliki tidak hanya diperuntukkan bagi diri sendiri melainkan juga kepada sesama. Pertanyaannya, apakah kita akan tetap menyalurkan kasih itu kepada mereka yang juga adalah musuh kita? Memang hal ini tidak mudah dilakukan karena berbagai alasan yang mendasarinya. Akan tetapi dalam pengajaran-Nya di atas bukit Yesus berkata: kasihilah musuh-musuhmu (ay. 44a). Pernyataan Yesus kala itu hendak mengajarkan kepada pendengar-Nya tentang hal mengasihi secara utuh. Sebab menjadi anak-anak Allah tidak hanya mengasihi mereka yang juga mengasihi kita, tetapi mengasihi dengan tidak memandang bulu termasuk mengasihi musuh. Selanjutnya Yesus menegaskan agar pendengar-Nya juga mendoakan mereka yang menganiaya (ay. 44b). Artinya setiap perbuatan jahat tidak dibalas dengan jahat pula melainkan dengan kasih. Mengapa demikian? Sebab kasih tidak ada batasnya. Kendatipun sulit untuk dilakukan namun pengajaran Yesus ini harus dihidupi oleh semua orang yang percaya kepada-Nya. Melalui kebenaran firman Tuhan saat ini kita semua diajarkan untuk terus mengasihi semua orang dan mendoakan mereka yang dianggap musuh. Dengan begitu kita akan semakin bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang tidak membatasi kasih, melainkan menyalurkannya secara utuh kepada semua orang. Biarlah kasih yang selalu kita nyatakan itu senantiasa dirasakan dan dialami juga oleh orang-orang yang berada di sekitar kita. Tetaplah berkomitmen untuk menjadi teladan kasih serta teruslah mengasihi semua orang tanpa batas sebab Allah tidak menghendaki kita membatasi kasih.
Doa: Terima kasih Bapa, firmanMu mengajarkan kami untuk tetap saling mengasihi. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar