Kita dapat saja berjumpa dengan orang yang kedapatan bersalah namun saat diminta pertanggungjawaban, mengelak dan mencari “kambing hitam” untuk disalahkan. Berhadapan dengan orang seperti ini dubutuhkan sosok “pemimpin” yang tegas, lugas dan berani. Jika seorang pemimpin plin-plan, penakut dan suka mencari “zona aman” (tidak mau repot) maka ia akan kompromi dengan yang salah. Bacaan hari ini menampilkan sosok Ezra, seorang pemimin yang tegas, lugas dan berani menyatakan kesalahan. Tanpa gentar, Ezra memanggil para lelaki suku Yehuda dan Benjamin yang melakukan kawin campur kemudian menetapkan mereka sebagai orang bersalah. Masalahnya apakah kawin campur itu salah? Jawabnya : tidak! Kesalahan bukan pada fakta kawin campur, tetapi bahwa praktek tersebut mengakibatkan para lelaki Israel jadi tidak taat dan setia kepada Tuhan. Mereka ikut menyembah berhala dari perempuan yang mereka kawini. Seharusnya mereka membawa perempuan-perempuan itu dan menjadikan mereka orang-orang yang percaya kepada Tuhan, dan bukan dipengaruhi untuk ikut menyembah berhala. Karena itu sebagai bentuk pertanggungjawaban, semua laki-laki penyembah berhala mengakui kesalahan mereka dan melakukan apa saja yang dapat menjauhkan mereka dari murka Tuhan yang menyala-nyala. Kisah ini menegaskan pelajaran sebagai berikut. Pertama, jika sudah berbuat, maka harus berani pula bertanggung jawab, jangan cari kambing hitam untuk disalahkan. Kedua, semua kita adalah pemimpin, paling tidak untuk diri sendiri. Jadilah pemimpin yang tegas, lugas dan berani menyatakan kesalahan termasuk untuk diri sendiri, dan jangan suka cari zona aman lalu kompromi dengan yang salah. Ketiga, bergaullah dengan siapa saja, tak perlu pilih-pilih, tetapi ingat jangan mau dipengaruhi apalagi sampai mendua hati terhadap Tuhan. Tetaplah taat dan setia kepada-Nya.
Doa: Ajarkan kami Tuhan, untuk selalu taat dan setia kepada-Mu. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar