Minggu Advent II telah dimasuki dan kiranya kita menjalaninya dengan keutuhan hidup, lahiriah dan spiritual. Ada baiknya bila minggu ini dijadikan sebagai kesempatan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup beriman kita. Kita perlu belajar dari nabi Yesaya, ia mengajak bangsa Israel sesudah pembuangan di Babel untuk hidup sebagai umat Allah yang baru. Hidup sebagai umat Allah mesti berlangsung dengan semangat pembaruan. Salah satunya adalah tetap memlihara keutuhan makna ibadah. Ibadah yang maknanya utuh lebih dari sekadar rutinitas ritual, karena berurusan dengan hal memperlakukan sesama secara adil, jujur dan diakonal. Belenggu-belenggu kelaliman harus dibuka, tali-tali kuk dilepaskan dan dipatahkan, serta orang teraniaya dimerdekakaan. Buah dari ibadah yang kita lakukan setiap saat adalah hidup dengan cinta kasih dengan semua orang. Hidup kita digerakkan dengan cinta kasih, sehingga tidak lagi terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Seisi rumah hidup harmonis, saling meneguhkan, mendengar dan menghibur. Kita tak dikehendaki menjadi batu sandungan atau penyebab kesengsaraan bagi orang lain. Hubungan dan interaksi sosial haruslah berlangsung dengan harmonis tanpa kekerasan dan penindasan. Kehadiran dan perjumpaan kita dengan orang lain di tengah masyarakat, berlangsung karena kasih dan kepedulian tanpa batas. Kita terpanggil juga untuk mengenyangkan orang lapar, memberi tumpangan bagi mereka yang tak memiliki rumah. Orang telanjang dberi pakaian, dan menjadi berkat bagi saudara sendiri. Semuanya dipedulkan dengan kasih, baik diri dan saudara sendiri maupun orang lain yang membutuhkan pertolongan. Hidup kita pasti diterangi, dipulihkan dan dipenuhi kemuliaan Tuhan.
Doa: Bapa pengasih, baruilah hidup kami dengan kuasa dan kasih-Mu. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar