Abram adalah seorang yang dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi satu bangsa sebagai umat Allah. Bangsa besar juga termasyhur yang akan menjadi model tentang perjanjian kasih antara Tuhan dan manusia. Panggilan yang diterima oleh Abram bukan sesuatu yang mudah, tetapi berisiko tinggi. Panggilannya berdampak pada dialaminya hidup dalam keterbatasan. Ia harus meninggalkan banyak hal: negerinya, sanak saudaranya, dan rumah bapanya. Abram pergi ke negeri yang akan ditunjukan Tuhan kepadanya itu dengan membawa serta seluruh keluarganya. Mereka berjalan menuju Kanaan, tanah yang dijanjikan karena meyakini janji berkat yang dikatakan Tuhan. Tuhan berjanji akan memberikan kepada Abram keturunan dan tanah. Inilah perjanjian berkat, Tuhan berjanji memberi berkat dan Abram menanggapinya dengan ketaatan tanpa syarat. Kita belajar bahwa orang yang menaati perintah Tuhan dituntun untuk mengalami berkat-berkat-Nya. Tuhan berjanji lalu menepati janji-Nya dan orang yang taat, menjadi besar, termasyhur, serta diberkati. Tanah yang janjikan itu dimasuki, dan dijelajahi Abram, sambil mendirikan mezbah untuk memanggil nama Tuhan. Pemenuhan janji tentang tanah dialami dan disyukuri Abram bagi kemuliaan-Nya lalu memberi hidup sebagai saluran berkat Tuhan. Kita semua pada dasarnya memiliki dorongan untuk menjadikan hidup berguna bagi orang lain. Kita merasa senang atau bahagia ketika menyadari apa yang dikatakan atau dilakukan berguna bagi orang lain. Keberadaan yang kita jalani baik dalam keluarga, di tempat bekerja, maupun tempat melayani adalah kesempatan berharga untuk menjadi berkat sebagai wujud nyata menyatakan iman kepada Tuhan. Bersyukurlah atas panggilan dan pengutusan Tuhan, sebab dengan demikian berarti kita siap menjadi berkat.
Doa: Tuhan, kami siap mengikuti panggilan dan pengutusan-Mu untuk hidup menjadi berkat, Amin. (Sumber : LPJ GPM)
Posting Komentar
Posting Komentar