Orang benar menjalani hidupnya bukan dengan mengandalkan pengertian sendiri, tetapi berdasar pada hikmat atau pengertian yang berasal dari Allah. Hidupnya berkenan kepada Allah dan meyakini bahwa campur tangan-Nya berlangsung dalam segala sesuatu yang dialami. Gagasan ideal tentang orang benar ini tak selamanya terwujud dalam kenyataan sehari-hari. Kenyataan membuktikan bahwa masih ada orang yang bersandar pada pengertian sendiri, angkuh, merasa paling hebat atau benar baik dalam pikiran maupun tindakan, dan menganggap bahwa sukses adalah hasil kerja kerasnya bukan anugerah Allah. Bacaan hari ini menegaskan bahwa pada saat Ayub mengalami berbagai tantangan hidup, dengan kesadaran diri ia tetap mengakui kekuasaan dan hikmat Allah. Ia mengakui bahwa sekalipun hikmat dan pengertian ada pada orang berusia lanjut, namun hanya Allah sajalah yang memiliki hikmat, kekuatan pertimbangan serta pengertian sejati. Kita diminta untuk menyadari bahwa selama hidup dijalani, masalah pasti ada dan berlangsung kapan serta di mana saja. Masalah hanya dapat diatasi dengan mengandalkan Allah, bukan bersandar pada pengertian sendiri. Keluarga haruslah dijadikan sebagai tempat belajar tentang hikmat, pengertian serta mengandalkan Allah baik dalam keadaan senang maupun susah. Bergantunglah pada Allah sebab hikmat-Nya akan senantiasa membimbing pada pemahaman, serta menuntun hidup. Ingatlah bahwa hikmat yang sejati berasal dari Allah karena itu janganlah mengandalkan pengertian sendiri agar hidup kita dituntun dan berkenan kepada-Nya.
Doa: Ya Allah, berikanlah hikmat-Mu agar dapat menuntun seluruh kehidupan kami. Amin. (Sumber : LPJ GPM)
Posting Komentar
Posting Komentar