Berterus terang mengatakan suatu kebenaran adalah hal yang tidak mudah dilakukan, sebab perkataan yang tajam dan jujur sering tidak disukai orang. Banyak orang kuatir akan risiko yang dialami, jika ia berkata dan bertindak benar. Hari ini, kita diperhadapkan dengan sikap orang – orang yang dipanggil dan diutus oleh Allah untuk menyatakan suatu kebenaran di tengah masyarakat. Yang pertama adalah sikap Yeremia, ketika menghadapi perilaku hidup dari para pemimpin Yehuda dan Yerusalem yang melakukan banyak ketidakadilan dan kejahatan. Yeremia dengan tegas menegur dan menyampaikan penghukuman Allah. Tetapi sikap Yeremia berakibat buruk pada dirinya, ia ditangkap dan dimasukan dalam perigi lumpur. Sebagai seorang raja Zedekia tidak berani mengambil keputusan yang tegas dihadapan para pemuka, dan membiarkan Yeremia dihakimi oleh para pemuka itu, padahal raja tau bahwa apa yang dikatakan oleh Yeremia adalah benar. Rupanya Zedekia takut jika ia kehilangan jabatannya sebagai raja. Sikap yang lain adalah Ebed-Melekh, seorang sida – sida dari Etiopia. Ketika melihat perbuatan para pemuka terhadap Yeremia, ia datang menjumpai raja pada waktu yang tepat dan di tempat yang tempat, yaitu di pintu gerbang Benjamin, tempat raja duduk mendengar keluhan rakyat. Dengan bijaksana Ebed-Melekh berbicara dan mempengaruhi raja untuk melihat perbuatan jahat yang dilakukan terhadap Yeremia, akhirnya raja setuju untuk membebaskan Yeremia. Melihat ini kita patut bertanya, di manakah kita berada? Bagaimana sikap kita menghadapi persoalan kejahatan dan ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Mintalah tuntunan Roh Kudus, agar mampu berkata benar, dengan bijaksana dan tegas, tetapi di waktu dan tempat yang tepat. Tuhan pasti memberkati.
Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk menyikapi berbagai persoalan dengan bijaksana dan tepat, Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar