Tuhan bagaikan Gembala, memiliki makna bahwa Tuhan tidak juah dari umatNya, dan Ia selalu peka dengan kebutuhan umatNya baik fisik, maupun bathin. Kondisi ini pada dasarnya, tidak berlangsung secara temporer tapi berkelanjutan, sehingga membuat Pemazmur tetap bergantung dan berusaha dekat pada Tuhan. Dengan demikian untuk mengandalkan Tuhan sebagai Gembala Agung bukan berarti dengan enteng menjadikan Tuhan hanya sebagai tameng / perisai terhadap berbagai - bagai persoalan. Mengandalkan Tuhan berarti tetap berlindung padaNya, berjalan di belakangNya, mengikuti derap langkahNya, menuruti kehendakNya dan melakukan amanatNya. Jika dalam realitas hidup sampai saat ini ada yang merasa belum menikmati "Kelimpahan" dari Sang Gembala Agung, maka perlu untuk menyadarinya bahkan mereformasi diri agar menjadi Domba yang setia. Sebab untuk menikmati indahnya Karya Tuhan sangat tergantung pada karsa dan tekat dari setiap umat.
MENGANDALKAN TUHAN SEBAGAI GEMBALA AGUNG
SULUH TEMA MINGGUAN :
Tuhan bagaikan Gembala, memiliki makna bahwa Tuhan tidak juah dari umatNya, dan Ia selalu peka dengan kebutuhan umatNya baik fisik, maupun bathin. Kondisi ini pada dasarnya, tidak berlangsung secara temporer tapi berkelanjutan, sehingga membuat Pemazmur tetap bergantung dan berusaha dekat pada Tuhan. Dengan demikian untuk mengandalkan Tuhan sebagai Gembala Agung bukan berarti dengan enteng menjadikan Tuhan hanya sebagai tameng / perisai terhadap berbagai - bagai persoalan. Mengandalkan Tuhan berarti tetap berlindung padaNya, berjalan di belakangNya, mengikuti derap langkahNya, menuruti kehendakNya dan melakukan amanatNya. Jika dalam realitas hidup sampai saat ini ada yang merasa belum menikmati "Kelimpahan" dari Sang Gembala Agung, maka perlu untuk menyadarinya bahkan mereformasi diri agar menjadi Domba yang setia. Sebab untuk menikmati indahnya Karya Tuhan sangat tergantung pada karsa dan tekat dari setiap umat.
Tuhan bagaikan Gembala, memiliki makna bahwa Tuhan tidak juah dari umatNya, dan Ia selalu peka dengan kebutuhan umatNya baik fisik, maupun bathin. Kondisi ini pada dasarnya, tidak berlangsung secara temporer tapi berkelanjutan, sehingga membuat Pemazmur tetap bergantung dan berusaha dekat pada Tuhan. Dengan demikian untuk mengandalkan Tuhan sebagai Gembala Agung bukan berarti dengan enteng menjadikan Tuhan hanya sebagai tameng / perisai terhadap berbagai - bagai persoalan. Mengandalkan Tuhan berarti tetap berlindung padaNya, berjalan di belakangNya, mengikuti derap langkahNya, menuruti kehendakNya dan melakukan amanatNya. Jika dalam realitas hidup sampai saat ini ada yang merasa belum menikmati "Kelimpahan" dari Sang Gembala Agung, maka perlu untuk menyadarinya bahkan mereformasi diri agar menjadi Domba yang setia. Sebab untuk menikmati indahnya Karya Tuhan sangat tergantung pada karsa dan tekat dari setiap umat.
Posting Komentar
Posting Komentar