E d i t o r i a l
Oleh : Yohanes Parihala, M.Th
Memaknai Minggu Sengsara Yesus
Tradisi gereja telah sangat lama memberlakukan perayaan minggu-minggu sengsara Tuhan Yesus, dengan maksud antrara lain, untuk memperdalam perenungan umat percaya terhadap kenyataan penderitaan yang pernah dialami oleh Tuhan Yesus. Dengan merenungkan dan mengingat kembali kisah penderitaan Yesus, kita diharapkan untuk selalu siuman terhadap kenyataan penderitaan manusia dan seluruh ciptaan di masa kini. Penderitaan Yesus tidak hanya menampakkan penderitaannya sebagai Anak Allah, tetapi juga memperlihatkan bahwa Allah yang mengutuskan anaknya ke dalam dunia, telah turut merengkuh beban penderitaan umat manusia. Jadi dengan jalan penderitaan, Yesus, Anak Allah memang telah menunjukkan secara konkrit arti solidaritas dengan mereka yang menderita dan tertindas, sekaligus mengingatkan kita terhadap berbagai tindakan yang menindas dan menyebabkan orang lain menderita sebagai tindakan jahat yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Ada dua cermin solidaritas dari salib Yesus. Pertama, penderitaan Yesus mencerminkan keberadaan manusia yang menjadi korban-korban tindakan kekejaman, penindasan dan ketidakadilan. Cermin ini ada, karena Yesus adalah salah satu dari jutaan umat manusia yang dikorbankan oleh praktek kekerasan, ketidak-adilan, dan praktek yang tidak berpri-kemanusiaan dari penguasa Romawi waktu itu. Pada saat yang sama, melalui penderitaanNya, Yesus pun merepresentasikan keberadaan Allah yang sungguh peduli, solider, dan bersedia merengkuh atau menanggung semua beban penderitaan umat manusia di tiang salib. Dengan jalan itu, semua manusia yang menerita (oppressed) dimampukan untuk berjuang mengatasi setiap penderitaan yang mereka hadapi dengan tidak gentar, sebab Allah yang nyata dalam Yesus turut bersama dengan mereka. Kenyataan ini mesti menjadi suatu imperatif bagi para penindas (oppressors) untuk menyadari sungguh bahwa tindakan penindasan terhadap sesama manusia merupakan tindakan melawan Allah, dan harus dihentikan.
Dua cermin ini memiliki nilai aplikatif bagi kita, termasuk kepada ke-76 anggota sidi gereja baru. Maukah kita siap mengikuti Yesus seumur hidup kita, kendati jalan yang kita tempuh adalah jalan sengsara? Ingat, Yesus tidak pernah mengajarkan kita untuk memuliakan kesengsaraan atau mencari-cari penderitaan. Namun, penderitaan Yesus merupakan konseksuensi dari perjuanganNya menghadirkan syaloom Allah di tengah dunia yang penuh penderitaan. Mari kita tetap bersolider dengan sesama kita dan semua ciptaan yang menderita, demi mewujudkan syaloom Allah.
Referensi :
Parihala Yohanes, Allah yang Turut Tersalib. Yogyakarta: Kanisius, 2014
Posting Komentar
Posting Komentar