John Wayne Gacy adalah seorang pemain badut yang tinggal di Chicago, Amerika.
Ia terkenal sangat ramah, lucu, dan pintar menghibur anak-anak. John juga dikenal sangat dermawan yang suka membantu orang lain. Sifat positip ini, membawa John Gacy selalu kebanjiran panggilan dimana ada pesta yang ada hubungan dengan anak-anak. Tentu anak anak sangat menyukainya. Namun warga Chicago dan seluruh Amerika sangat terperanjat, ketika foto John Gacy terpampang di halapan depan Newsweek terbitan 8 January 1979.
Ia terkenal sangat ramah, lucu, dan pintar menghibur anak-anak. John juga dikenal sangat dermawan yang suka membantu orang lain. Sifat positip ini, membawa John Gacy selalu kebanjiran panggilan dimana ada pesta yang ada hubungan dengan anak-anak. Tentu anak anak sangat menyukainya. Namun warga Chicago dan seluruh Amerika sangat terperanjat, ketika foto John Gacy terpampang di halapan depan Newsweek terbitan 8 January 1979.
Tertulis dengan tulisan tebal
Badut Penjagal, John Wayne Gacy.
Berita itu menulis, pada tahun 1972, sejumlah anak remaja yang dilaporkan hilang, kemudian tahun tahun berikutnya, jumlah anak yang hilang terus bertambah. Hingga tahun akhir 1978, total kehilangan telah mencapai 33 orang. Para orang tua di Chicago sangat cemas dengan berita kehilangan sejumlah anak ini, mereka mendesak polisi segera mengungkap mysteri itu.
Polisi setempat tidak berhasil melacak kemana perginya semua anak remaja itu, anak anak itu bagaikan ditelan bumi saja, tanpa ada sedikitpun meninggalkan jejak.
Akhirnya polisi meminta bantuan FBI untuk mengungkap kasus ini. FBI mulai menyimpulkan, bahwa anak anak ini bukan melarikan diri dari rumah, untuk mencari kehidupan sendiri. Karena di Amerika sangat populer anak anak remaja telah dipaksa mandiri untuk mencari kehidupan sendiri, apalagi tingginya perceraian yang sering menelantarkan anak-anak. Keyakinan FBI ini, karena sebagian anak yang hilang itu berasal dari keluarga baik baik dan anak-anak yang mempunyai prestasi baik di sekolah.
FBI mulai bekerja siang malam, mencari siapa saja yang pernah berhubungan dengan anak anak ini. Baik itu guru, tetangga, family bahkan teman teman mereka. Dan mereka menyimpulkan bahwa semua anak anak itu pernah hadir dalam pesta yang dimeriahkan oleh si badut John Gacy. Namun, ketika berkali-kali FBI memeriksa rumahnya, tiada terdapat satupun petunjuk mengarah ke dirinya.
Untuk menghilangkan kecurigaan polisi, Gacy malah sengaja mengajak polisi untuk makan malam di rumahnya. Ia begitu yakin, bahwa makan malam itu akan menghilangkan kecurigaan pada dirinya selanjutnya.
Kepiawaian menutup semua kejahatian itu berjalan mulus. Namun ketika sedang makan malam itu, angin yang berhembus dari ventilasi terasa berbau aneh, amis bagaikan bau bangkai. Angin itu berembus dari pekarangan belakangnya. Keesok harinya FBI membongkar paksa pekarangannya, terjejer rapi puluhan mayat, yang sebagaian telah tinggal tengkorak. John Gary dinyatakan sebagai pembunuh tunggal. Ia mengaku mengidap kelainan homoseksual. Ia menyetubuhi semua anak anak remaja itu, sebelum membunuh untuk menutup kelainan sexualitasnya . Gacy dihukum mati pada 1994.
Di Indonesia, kejadian serupa juga pernah terjadi.
Very Idham Henyaksyah yang sering dipanggil Ryan, juga dikenal sebagai guru... , kalem dan modis.
Ryan dari Jombang itu, kemudian terungkap telah membunuh dan menguburkan sejumlah korban dalam rumahnya. Ryan juga didakwa mati dengan membunuh 11 korban.
Baik John dan Ryan, mempunyai kesamaan, mereka sama sama pendiam dan suka menyendiri. Tampang mereka jauh dari pembunuh darah dingin lainnya, mereka selalu mudah senyum, pintar berbicara dan ramah. Itu tentu adalah topeng dari manusia yang berwajah setan yang sangar.
Seorang pengajar terkemuka, Ki Dong Kim menulis
......mereka yang suka menyendiri , memendam rasa dan pikirannya, mudah kerasukan pikiran jahat, karena selalu terpaku pada pikiran sendiri. Dan bila itu adalah pikiran negatip, lama kelamaan akan menjadi Kelainan Jiwa.
Belajar dari kisah John dan Ryan,
kita harus selalu mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik. Berhati-hatilah untuk tidak memendam pemikiran kita, dengan selalu menyendiri. Itu bisa berbahaya.
Posting Komentar
Posting Komentar