Hikmat dan kebodohan merupakan dua hal berbeda yang saling bertolak belakang satu dengan yang lain. Karena saling bertolak belakang, maka tentu saja segala sesuatu yang dihasilkan oleh hikmat dan kebodohan juga berbeda. Perbedaan ini akan nanmpak dalam pikiran, sikap maupun tindakan yang dilakukan oleh manusia. Hikmat selalu menghasilkan kebenaran, sebaliknya kebodohan menghasilkan kefasikkan. Bagi Salomo, hikmat adalah hal yang sempurna dan di dalamnya telah tersedia segala sesuatu yang memberikan kehidupan. Hal ini berbeda dengan kebodohan, sebab kebodohan sama dengan tidak berpengalaman dan tidak berakalbudi (ay.4). Sebagai manusia, kita diberikan kebebasan untuk menentukan piliha. Pertanyaannya ialah, apakah kita lebih memilih untuk hidup di dalam hikmat atau hidup di dalam kebodohan?. Kita diajarkan oleh kebenaran firman Tuhan saat ini bahwa betapa pentingnya meninggalkan kebodohan dan hidup dalam hikmat. Sebab dengan meninggalkan kebodohan arah hidup kita akan semakin berkualitas. Artinya, kita harus memiliki komitmen untuk meninggalkan atau membuang seluruh sikap dan tindakan hidup yang bertolak belakang dengan kehendak Allah. Camkanlah, hikmat akan menuntun pribadi maupun keluarga kita untuk menjalani hidup dalam kebenaran, karena permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Jadi, tinggalkanlah seluruh kebodohan yang selama ini melekat pada diri. Berdoalah kepada Tuhan dan senantiasalah meminta hikmat dari-Nya, agar kita dapat menata hidup serta melangkah dengan lebih baik ke depan. Ingatlah, jauhi kebodohan dan teruslah hidup dalam tuntunan hikmat Allah.
Doa: Ajarlah kami Tuhan untuk meninggalkan kebodohan dan hidup dalam hikmatMu. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar