Kita hendaknya belajar dari jemaat Smirna, sebab dalam penderitaan mereka tetap setia bahkan sampai mati. Jemaat Kristen di Smirna terdiri dari banyak pendatang miskin yang berasal dari Galilea dan Yudea. Mereka melarikan diri dari sana selama meletusnya pemberontakan orang Yahudi tahun 66-74. Hidup di Smirna bukanlah jaminan terbebas dari kesukaran. Masalah muncul lagi karena difitnah oleh suatu kelompok yang menyebut dirinya orang Yahudi. Kelompok ini menuduh orang Kristen sebagai sumber segala masalah dan persekutuan yang tidak setia kepada pemerintah Romawi. Hidup memang tidak mudah untuk dipahami, silih berganti penderitaan dialami dan agaknya tak ada tempat yang bebas dari kesukaran. Bila demikian halnya, maka yang diperlukan dalam hidup beriman adalah kesetiaan percaya kepada Yang Awal dan Yang Akhir. Kita mungkin saja miskin materi dan menderita secara badani, tapi bila kesetiaan percaya dimiliki, maka melimpahlah harta rohani. Hal ini tidaklah berarti bahwa kita harus mempertahankan apalagi menyuburkan kemiskinan dan penderitaan. Justeru karena kesetiaan percaya, kita menjadi berdaya untuk menghadapi situasi hidup yang sulit. Kemiskinan dan penderitaan tak bisa diatasi dengan kekuatiran, kebimbangan, keputusasaan, keraguan, menghindar dan mempersalahkan. Selain itu, kesetiaan percaya juga tetap diperlukan orang Kristen walau tidak miskin materi dan menderita badani. Apa pun kondisi hidup ini, tetaplah miliki kesetian percaya kepada Sang Alfa dan Omega itu. Yakinlah bahwa baik sekarang atau pun nanti Dia pasti memelihara hidup kita. Kiranya kita tetap miliki kesetiaan percaya supaya tidak terpisahkan dari kasih Tuhan kini dan selamanya.
Doa: Tuhan yang dapat memberikan kita jalan kebenaran dan hidup. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar