Yosua berpidato kepada suku-suku Israel untuk terakhir kalinya di Sikhem. Pidato ini merupakan pidato perpisahan sebab ia sudah tua dan perlu mengingatkan kembali perjanjian yang dibuat Allah dengan bangsa Israel. Kita tahu bahwa sejarah umat Allah dimulai dengan peristiwa pemanggilan Abraham. Kisah ini berlangsung di seberang sungai Efrat dan pada waktu itu Terah, ayah Abraham beribadah kepada allah lain. Abraham dipanggil keluar dari situ dan disuruh ke Kanaan. Tuhan memberkati dan menyertai keturunan Abraham. Bangsa ini Tuhan bebaskan juga dari perbudakan di Mesir, memelihara mereka di padang gurun dan hentar masuk tanah Kanaan. Oleh sebab itu, Yosua meminta bangsa Israel untuk takut akan Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Kesetiaan mereka kepada Tuhan tidak boleh berubah dan harus dibuktikan melalui akta pembaruan janji. Janji bahwa Tuhan menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat Tuhan, tidak boleh berubah. Kesetiaan sangat penting dalam suatu ikatan perjanjian. Kita pun hidup dengan berbagai perjanjian. Janji sebagai suami-isteri, orang tua dan saksi baptis, pelayan, aparatur negara, melunasi hutang, bekerja keras menghidupi rumahtangga, belajar dengan rajin, bahkan antara dua orang yang saling mencintai dll. Berusahalah untuk tidak melupakan janji dan tetaplah setia. Janji tidak bisa diwakili, harus diaktakan sendiri oleh pihak yang bersepakat dan harus dilakukan dalam kesadaran serta kebebasan, tanpa paksaan. Sebaiknya setiap orang menjadi saksi bagi dirinya sendiri. Selain janji-janji tadi, yang paling utama adalah janji untuk beribadah kepada Tuhan dengan tulus ikhlas dan setia. Hindarilah untuk percaya dan mengandalkan kuasa lain. Bila kita berubah setia, maka risiko tak mungkin dihindari. Setialah dalam segala hal sebab itulah yang Tuhan kehendaki. Kehidupan orang yang setia selalu berkenan, baik di hadapan manusia maupun Tuhan serta diberkati.
Doa: Ya Tuhan, mampukanlah kami untuk menjadi umat-Mu yang setia. Amin
Posting Komentar
Posting Komentar