Pandangan Paulus tentang hikmat Allah berhubungan dengan tindakan penyelamatan yang dikaryakan-Nya. Pertama-tama kepada orang Yahudi dan kemudian bagi orang Yunani. Orang Yahudi adalah keturunan Abraham dan Sara, yang juga dikenal sebagai umat Israel. Sebutan orang Yunani dipakai untuk menyebut orang-orang yang bukan Yahudi. Allah berkenan kepada semua orang atau bangsa karena iman, bukan asal atau jasa mereka. Oleh sebab itu bagi Paulus Allah belum menolak umat Israel walaupun banyak dari mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai jalan untuk “dibenarkan” atau diterima Allah. Paulus rupanya berharap agar bangsanya sendiri (Israel) percaya kepada Injil tentang Yesus. Allah telah mengundang orang-orang bukan Yahudi untuk menjadi bagian dari umat-Nya, khususnya saat sejumlah orang Israel ternyata keras kepala menolak mendengarkan Dia. Maksud Paulus dengan ungkapan alangkah dalamnya hikmat Allah yakni bahwa Allah tetap setia kepada umat pilihan-Nya pada satu sisi dan di sisi yang lain keselamatan terbuka juga kepada semua bangsa. Keputusan, rancangan dan jalan-Nya tidak terselami. Tak ada seorang pun manusia yang mengetahui pikiran Tuhan atau yang pernah menjadi penasihat-Nya. Segala sesuatu dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Keselamatan disediakan Allah bagi semua bangsa dan oleh sebab itu kita tak boleh mengurungnya bagi diri sendiri. Hikmat Allah mengajarkan kepada umat-Nya hidup yang beriman dan terbuka kepada semua orang. Kita tidak terpanggil untuk pilih kasih atau memandang muka. Tuhan Allah kita adalah Pencipta yang mengasihi semua orang. Mari terus menjalani hidup dalam ketulusan dan kerelaan untuk mengasihi semua orang pula. Berusahalah untuk menjadi orang percaya yang setia dan bertanggung jawab atas semua keputusan yang telah dibuat. Ingatlah bahwa Allah tetap setia walau kita tak setia kepada-Nya.
Doa: Tuhan, buatlah kami memahami jalan dan keputusan-Mu. Amin
Posting Komentar
Posting Komentar