Nabi Yunus berkata dalam doanya “ketika jiwaku letih lesu di
dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan…”
Perkataan Nabi Yunus ini serupa dengan sepenggal lirik
lagu KJ. 237, yakni: “…jiwa yang letih lesu mendengar panggilanMu…”.
Kedua kalimat ini menggambarkan suatu situasi hidup yang paling
melemahkan dan membawa pada ketidakberdayaan bagi
seseorang. Hal ini tidak hanya menunjuk pada tubuh orang tersebut
secara fisik. Kata “jiwa” dipakai oleh Yunus untuk menunjuk pada
seluruh eksistensi kehidupannya sebagai manusia yang tidak
mampu diatasi sendiri atau juga dengan pertolongan manusia yang
lain. Ia mengakui kebersalahannya dengan mengingkari panggilan
Tuhan. Yunus tidak pergi ke Niniwe sesuai perintah Tuhan, namun
melarikan diri ke Tarsis. Akibatnya, Tuhan mendatangkan badai
yang besar dan Yunus harus dibuang ke laut untuk menyelamatkan
kapal dan para penumpang yang lain. Yunus mengingat Tuhan,
ketika sudah berada dalam perut ikan. Ia berdoa dengan iman yang
sungguh dan meyakini bahwa Tuhan Allah tidak jauh sekalipun
Yunus berada di titik terjauh. Tuhan Allah pun pasti bisa mendengar
sekalipun ia berada di dalam “dunia orang mati”, sebagai tempat
yang jauh, sunyi dan tak bisa diketahui oleh siapapun. Doa Yunus
ini merupakan sebuah reflkesi iman yang mendorong terjadinya
perubahan hidup Yunus. Sebagai orang beriman, kita
membutuhkan suatu situasi terendah dalam kehidupan yang kita
jalani guna memantik kesadaran diri sebagai murid Tuhan atau
saksi-Nya. Evaluasi dan transformasi hidup secara radikal pun akan
terjadi akibat situasi yang paling gelap itu. Untuk itu, sebaiknya kita
menyikapi kondisi hidup yang tak menyenangkan hingga yang
dianggap paling menyusahkan dengan iman yang sungguh kepada
Tuhan. Sebab kita pasti dapat menghitung berkat Tuhan yang tak
terkira di balik seluruh peristiwa hidup.
Doa: Ya Tuhan, ajarlah kami untuk memaknai seluruh keadaan hidup dengan
iman yang sungguh. Amin
Posting Komentar
Posting Komentar