(Bacaan. Mazmur 91 : 1-16)
Puji Tuhan ibu pendeta! Papa, mama dan keluarga sudah tiba di kampung Aboru dengan selamat. Kondisi papa baik- baik saja. Beta dan suami akan ke Aboru besok. Mohon topangan doa ibu pendeta selalu”, cerita Ita dengan penuh semangat. Tak ada lagi suara tangisan. Kekuatiran bahkan ketakutan terhadap keselamatan orang tuanya pun sirna dan berganti dengan kesukacitaan. Ita tak lagi dihantui oleh pikirannya tentang perjalanan panjang melalui hutan dan gunung dengan jalan-jalannya yang sulit ditempuh dan makanan yang sulit. “Makanan yang tidak biasa katong makan, terpaksa harus katong makan supaya katong seng lapar. Beta ingat akang waktu beta dan keluarga mengungsi tahun 99. Beta seng mampu pikirkan akang kalau papa dan mama harus mengalami hal yang sama lai”, cerita Ita waktu itu. Beberapa hari setelah percakapan dengan Ita, kami bertemu di salah satu ruang sekertariat. Ita terlihat lebih semangat dan dengan muka berseri ia mengatakan : “Tuhan ni paleng bae, ibu e. Hanya karena Antua pung perlindungan, beta pung keluarga samua tetap dalam kondisi baik sampai saat ini. Ada banyak yang papa dan mama masih butuhkan di tempat pengungsian, tapi beta yakin Tuhan tetap menjaga katong”. Pernyataan Ita menunjukkan kepercayaannya yang sungguh kepada Allah sama seperti Pemazmur. Allah menjadi tempat perlindungan di tengah dunia yang kacau. Kesetiaan Allah bagaikan perisai yang melindungi serdadu atau tembok kuat yang menjamin hidup keluarga. Kesusahan yang disebabkan oleh alam, penderitaan bagi fisik hingga malapetaka pun tidak akan dapat menyentuh hidup orang-orang yang berada dalam perlindungan Tuhan. Untuk itu, penyerahan hidup yang sungguh kepadaNya sudah seharusnya menjadi cara beriman kita. Jang pernah meragukan penyertaan dan perlindungan Tuhan bagi kita.
Doa: Ya Tuhan, kami menyerahkan hidup ini untuk selalu berada dalam perlindunganMu. Amin.
Posting Komentar
Posting Komentar