(Bacaan. Matius 15 : 21-28)
Pa,
Onco pung badan panas lai. Mari katong bawa ke dokter jua. Su dua hari ni, dia
panas naik turun-naik turun terus”, kataku kepada sang suami. “Lalu mama pung pekerjaan kantor sudah selesai ka blom? Katanya hari ini
musti kasi maso to?”, Tanya suamiku. “Iya,
tapi masa gara-gara pekerjaan kantor, katong kasi tinggal anak ni sakit?
Pekerjaan itu pasti bisa beta selesaikan hari ini juga. Tapi katong bawa Onco
ke dokter dolo”, jelasku kepada sang suami. Percakapan seperti ini tentunya
menjadi cerita umum dari keluarga yang mengalami masalah anak sakit. Situasi seperti
ini, mendorong setiap orang untuk mengambil langkah penanganan yang cepat agar
kondisi fisik anak tidak bertambah parah. Tak sedikit dari antara kita ketika
berhadapan dengan situasi demikian, sementara berhadapan juga dengan situasi-situasi
lain yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera. Untuk itu, tentunya setiap
orang harus berpikir tenang dan mampu memutuskan mana yang harus didahulukan.
Namun apapun situasi yang lain itu, cerita
perempuan Kanaan menggugah sikap etis yang lahir dari iman kepada Tuhan
Yesus. Kondisi penderitaan anak telah membangkitkan daya juangnya yang luar
biasa untuk memperoleh kesembuhan. Ia pun tidak mempedulikan status sosial
budayanya yang berbeda dan tidak pantas saat berhadapan dengan Yesus. Ia hanya
menginginkan kesembuhan anaknya. Karena
itu ia rela dianggap tidak benar hanya demi kehidupan anaknya. Demikanlah
sebagai orang percaya, sebuah kehidupan menjadi perhatian penting dari sikap
iman kita. Sebab Tuhan pasti mengindahkan kita karena iman yang sungguh kepada-Nya.
Doa : Anugerahkanlah kesehatan bagi keluarga kami ya
Tuhan. karena Engkau-lah Sumber kehidupan kami. Amin. (Sumber : LPJ GPM)
Posting Komentar
Posting Komentar