Kisah Inspiratif
Kisah nyata ini terjadi di malam Natal pada saat Perang Dunia I tahun 1914. Saat itu terjadi peperangan antara Prancis, Inggris dan Jerman. Hari Natal biasanya mereka selalu berkumpul dengan seluruh anggota keluarga masing-masing. Makan bersama, bahkan menyanyi bersama di bawah pohon terang di hadapan tungku api yang hangat. Namun kali ini mereka berada di hadapan musuh mereka yang setiap saat bersedia untuk menembak mati siapa saja yang bergerak. Tiada hadiah yang menunggu selain peluru dari senapan musuh, bahkan persediaan makananpun sudah berkurang sehingga hampir seharian penuh mereka belum makan. Pakaianpun basah karena turunnya salju.
seorang tentara sedang menderita kesakitan karena baru saja terkena tembakan, sedangkan tentara yang lain meninggal kedinginan, bahkan pemimpin mereka yang biasanya keras, tegas entah kenapa pada malam ini kelihatannya sangat sedih sekali, terlihat air matanya turun berlinang, rupanya ia teringat akan istri dan bayinya yang baru berusia enam blan. Kapankah perang ini berakhir? Kapan mereka akan bisa pulang kembali ke rumahnya masing-masing?, apakah mereka bisa pulang dengan selamat dan berkumpul kembali dengan istri dan anak-anaknya? Tiba-tiba dari arah front Jerman, ada cahaya kecil yang timbul dan bergoyang, cahaya tersebut kelihatan semakin nyata. Rupanya ada seorang prajurit Jerman yang telah membuat pohon natal kecil yang diangkat ke atas dari parit tempat persembunyian mereka, sehingga nampak oleh seluruh prajurit di front tersebut. Pada saat yang bersamaan terdengar alunan lembuat suara lagu "Stille Nacht, hailege Nacht" (Malam Kudus), yang pada awalnya hanya sayup-sayup kedengarannya. Tetapi semakin lama lagu yang dinyanyikan tersebut semakin jelas terdengar, sehingga membuat para pendengarnya merinding dan merasa pilu karena teringat akan anggota keluarga mereka yang berada jauh dari medan perang ini. Ternyata seorang prajurit Jerman yang bernama Spink tersebut sebalum dikirim ke medan perang adalah seorang penyanyi tenor opera yang terkenal. Rupanya suasana kehiningan dan gelapnya malam Natal tersebut telah mendorong dia untuk melepaskan emosinya dengan menyanyikan lagu tersebut, walaupun dia sadar bahwa dengan nyanyian lagu tersebut, musuh dapat mengetahui tempat dimana mereka berada. Ia ingin membawakan kabar gembira sambil mengingatkan kembali makna natal, yaitu untuk membagi rasa damai dan kasih. Untuk ini ia bersedia mengorbankan jiwanya atau ditembak oleh musuh.
Tetapi apakah ia ditembak? Tidak! Entah kenapa seakan-akan ada mujizat yang terjadi sebab pada saat bersamaan semua prajurit yang ada disitu turut keluar dari tempat persembunyiannya masing-masing dan mereka mulai menyanyikan bersama. Bahkan seorang tetara inggris musuh beratnya Jerman, turut mengiringi mereka menyanyi sambil meniup Bagpipes (alat musik Skotlandia) yang dibawanya khusus ke medang perang. Mereka menyanyikan lagu Malam Kudus dengan rasa pilu air mata yang turun berlinang. Yang tadinya lawan sekarang menjadi kawan, sambil saling berpelukan mereka menyanyikan bersama lagu Malam Kudus dalam bahasa masing-masing, di sinilah rasa damai dan suka cita benar-benar terjadi. Setelah itu, mereka meneruskan nyanyian bersama denganlagu Adeste Fidelos (Hai Mari Berhimpun), mereka berhimpun bersama, tidak ada lagi perbedaan pangkat, derajat, usia mauupun bangsa, bahkan perasaan bermusuhanpun bilang dengan sendirinya.
Refleksi : Yesus lahir kedua untuk kita. Dia mau datang karena Dia sangat mencintai setia kita. Sehingga Dia mau jadi manusia sama seperti ktia. yang dapat merasakan sakit, lapar, dibanci, dipukul dan mati. Dia adalah Emanuel (Allah beserta kita). Jangan pernah menyerah oleh dunia ini. Karena kita tahu Tuhan selalu menyertai kita. Dia datang kedunia untuk menjadi juruselamat kita manusia
Posting Komentar
Posting Komentar