SANG MUTIARA TIMUR
"Ia adalaha teladan bagi kita semua sebagai pimpinan politik
yang tetap hidup sederhana dan murni"
(Sri Sultan Hamengku Buwono IX tentang Dr. Johannes Leimena)
Orang kristen memang menjadi minoritas di negara Indonesia. Namun demikian, bukan berarti peran orang kristen di dalam kemerdekaan maupun pemerintahan bangsa dapat diabaikan. Ada banyak pemimpin di Indonesia yang adalah orang kristen. Mereka memberikan kontribusi besar bagi perkembangan bangsa dan menjadi teladan bagi banyak orang, termasuk orang kristen.
Salah satu pemimpin kristen di Indonesia yang sangat terkenal adalah Dr. Johannes Leimena. Di koran Suara Pembaharuan 11 September 2007, Salahuddin Wahid (adik kandung Gus Dur) menyebutkan bahwa dr. Leimena adalah salah satu pemimpin terbaik Indonesia dan pemimpin Kristen yang mencapai karir paling tinggi dan mengesankan. Ia mengajak umat kristen Indonesia untuk meneladaninya. Pujian yang muncul dari seorang yang bukan tokoh kristen mestinya membuat orang ingin tahu: siapa Dr. Leimana?
Dr. Leimana lahir pada tanggal 6 Maret 1905 di Ambon. Ia kemudian merantau ke Batavia dan studi kedokteran hingga lulus di STOVIA. Di kemudian hari ia mengambil doktoralnya di bidang ilmu penyakit dalam. Leimena dikenal sebagai orang yang sangat rajin membaca buku. Kepribadiannya yang berani tetapi sederhana dan luwes menjadikannya mudah menjalin relasi dengan berbagai pihak. Ketika masih kuliah, ia sudah menyiapkan konferensi Pemuda Kristen Oikumenis yang di kemudian hari menjadi cikal bakal GMKI (Gerekan Mahasiswa Kristen Indonesia). Leimana aktif dalam Jong Ambon dan ikut menyiapkan Kongres Pemuda tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda.Ia ikut mendirikan berbagai lembaga Kristen seperti Universitas Kristen Indonesia (UKI), Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) yang di kemudian hari menjadi PGI. Meskipun ia seorang tokoh terkemuka, tetapi tetap dikenal dekat dengan rakyat, terutama melalui profesinya sebagai dokter.
Dr. Leimena adalah satu-satunya orang yang pernah menjabat sebagai menteri selama 21 tahun berturut-turut dalam 18 kabinet yang berbeda, beberapa kali sebagai menteri kesehatan. Karya rintisannya dibidang kesehatan antara lain adalah cikal bakal konsep Posyandu dan Puskesmas. Beliau pernah menjadi pejabat presiden sebanyak 7 kali saat Presiden Soekarno melawat ke luar negeri (1961-1964). Selama masa itu, Soekarno tidak pernah memilih 2 wakil perdana menterinya yang lain sebagai pejabat presiden, mungkin karena menurut kata-kata Seokarno sendiri tentang Leimana: ..."Aku merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui," Di era orde baru, Dr. Leimena tetap berkarya dan menjadi anggota DPA, meninggal di Jakarta pada 1977. Atas jasanya pada tahun 2010 pemerintah menetapkan Dr. Leimena sebagai Pahlawan Nasional. Kepemimpinan dan sikap politik Dr. Leimena bersumber dari pandangannya bahwa setiap orang kristen Indonesia memiliki kewarganegaraan ganda, yakni sebagai anggota gereja dan sekaligus sebagai warga negara Indonesia. Menurutnya, orang kristen perlu melihat kehadirannya di bumi Indonesia sebagai sebuah karunia dan panggilan dari Tuhan untuk menjadi warga negara yang bertanggungjawab. Ini dapat diwujudkan melalui kerjasama kritis dengan warga Indonesia lainnya tanpa memandang perbedaan latar belakang dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. Untuk itu, negara tentunya membutuhkan politik karena tanpa politik maka cita-cita kemakmuran bangsa tidak akan tercapai. Bagi Leimena, politik adalah etika untuk melayani sesama dan bukan teknik atau alat untuk menguasai sasama.
Pemikirannya itu membuat Dr. Leimena sangat mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan mendorong orang Kristen untuk berkiprah secara publik dalam semua aspek kehidupan berbangsa. Baginya, orang Kristen bukanlah minoritas yang berarti menyendiri.
Tugas orang Kristen adalah menjadi saksi di dalam masyarakat Indonesia, untuk memancarkan kasih Kristus bagi bangsa Indonesia. Kehadiran orang Kristen di Indonesia berperan besar atas maju dan mundurnya bangsa ini. Orang Kristen tidak seharusnya memisahkan antara yang sakral dengan yang sekuler dalam kehidupan.
Menurut Dr. Zakaria Ngelow, seorang teolog yang mempelajari sumbangsih kekristenan dalam pergerakan narionalis Indoensia, ada 5 hal yang dapat dipelajari dari kehidupan, karya dan pemikiran Dr. Leimena.
- Mengutamakan pengembangan diri dalam hal kualitas moral dan iman
- Pembaharuan visi keagamaan yang lebih memberi tempat kepada fungsi sosialnya
- Visi keagamaan mengacu kepada kemanusiaan bertujuan mewujudkan kesejahteraan
- Sepenuhnya mencintai mengabdi kepada kemerdekaan, kesatuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Beliau menentang separatisme dan ideologi alternatif. Bagi Dr. Leimena Indonesia adalah suatu bangsa di bawah satu ideologi : PANCASILA
- Sosok ideal cendikiawan Indonesia, yang menyatukan dalam dirinya wawasan moral, keagamaan, kemanusiaan, nasionalisme, kepemimpinan, dan intelektualitas, yang dibingkai dalam sosok yang tenang, sederhana, dan rendah hati.
Dr. Leimena telah memperlihatkan hidup sebagai pemimpin ulung, berintegritas, berani dan ulet yang berwawasan kebangsaan dan mampu bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dengan berbagai elemen masyarakat. Hidup dan karyanya patut dilanjutkan oleh orang-orang percaya di generasi-generasi selanjutnya agar gereja terus terlibat aktif dan menjadi suara kenabian Allah untuk membangun bangsa Indonesia menghadapi tantangan zaman yang berbeda.
Tulisan ini diangkat untuk menjadi bahan refleksi bagi gejerasi muda Kristen Maluku dalam masa perayaan HUT Proklamasi RI, HUT Provinsi, HUT Kota Ambon dan juga HUT GPM di tahun 2016. Jika saat ini patung Dr. Leimena berdiri kokoh di daerah Poka, bukanlah suatu yang tanpa makna. Dengan menggenggam buku yang terbuka dan langkah kaki maju, seakan mengajak kita sebagai generasi muda untuk terus melangkah ke depan dan terus belajar. Sebab Maluku adalah Indonesia tapi Indonesia bukan saja Maluku. Selamat berbenah untuk memaknai hidup ini ke depan, karena "kita memiliki kewarganegaraan ganda" kata Dr. J. Leimena, yaitu anggota gereja dan warga negara. Mari tunjukkan kualitas kita bukan otot kita, tunjukkanlah karya kita bukan omong kita.
Posting Komentar
Posting Komentar