(Bacaan : Ibrani 12 : 12-17)
Dalam keluarga seringkali
kita dengan atau tanpa sengaja mengutarakan kata-kata yang menyinggung satu dengan yang lain, tanpa menyadari
perkataan dan perbuatan kita itu mengakibatkan kepahitan dalam diri. Ketika hal itu terjadi maka tidak akan ada damai dalam kehidupan kita.
Apa yang seharusnya kita lakukan untuk menjaga damai itu tetap utuh dalam hidup
keluarga kita? Penulis kitab Ibrani menegaskan dalam bagian pembacaan ini untuk
mengutamakan hidup kudus dan berdamai dengan semua orang. Jangan memiliki nafsu
yang rendah seperti Esau yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan
sehingga ia tidak memperoleh berkat. Nafsu yang rendah akan membuat seseorang
lebih mementingkan diri sendiri dan cenderung mengabaikan orang lain. Hal
inilah yang akan menimbulkan akar pahit, jika seseorang bertindak semena-mena
terhadap orang lain. Mengapa harus ada akar kepahitan? Karena orang menjauh
dari kasih karunia Allah. Itulah sebabnya penulis Ibrani mengingatkan kita agar
jangan menjauh dari kasih karunia Allah. Jika kita menjauh dari kasih karunia
Allah maka kita cenderung menjadi apatis dan egois, sehingga menimbulkan
masalah atau permusuhan. Sebagai suami
isteri, orang tua dan anak, saudara-bersaudara, di dalam perjalanan hidup pasti mengalami hal-hal
yang tidak menyenangkan. Ada yang terluka dan ada yang tersakiti. Dalam
pekerjaan dan pelayanan sekalipun, ada juga hal-hal yang membuat kita
tersakiti. Namun kita harus ingat untuk jangan sampai ada akar kepahitan dalam
hidup. Karena itu haruslah memilih untuk tidak menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, supaya dapatlah diketahui mana yang baik bagi hidup
kita dan orang lain.
Doa : Ya Tuhan, tolonglah kami
untuk hidup dalam kekudusan dan berdamai dengan semua orang agar kami tidak
menimbulkan akar pahit dan menjadi jauh dari kasih karunia-Mu. Amin. (Sumber : LPJ GPM)
Posting Komentar
Posting Komentar