EDITORIAL
oleh :
( Pdt. Ny. B. J. Bakarbessy/H )
Seuntai kata yang menarik dan Indah terpampang pada Thema Natal 2014, ketika kita mencoba memahami kata-kata ini, lalu kita menengok ke belakang dengan acara dan bentuk perayaan Natal yang super heboh. Dapatkah kita meminimalisirnya ???. Semua warga GPM sudah terbiasa dengan perayaan Natal dan acara yang sangat menyita waktu dan tenaga bahkan uang, tiba-tiba untaian kata yang menarik itu muncul di tahun 2014. Dapatkah hal ini terwujud ??? Kita sudah di minggu Advent IV dan diyakini bahwa untaian kata yang indah di atas sudah berulang kali di sebut-sebut dan gaungnya sudah terasa dimana saja. Oleh para Pendeta, para pemberi kesan dan pesan Natal, bahkan semua umat sudah terbentuk dengan semangat Natal yang “Sederhana dan Ramah Tamah”. Mari kita menoleh ke belakang memahami peristiwa Kelahiran Kristus Yesus, yang sarat dengan Kesederhanaan dan Keramahtamahan.
Konteks kelahiran Bayi Yesus yang sederhana :
Lahir bukan di rumah/rumah sakit; Lahir tidak di lengkapi pakaian bayi yang indah-indah; Lahir bukan di ruang steril, ber AC dan wangi; Lahir bukan di tempat tidur bermerk; Lahir bukan dari orang tua yang berpunya. Padahal Dia Raja.
Konteks kelahiran Bayi Yesus yang Ramah Tamah :
Nyata sebuah persekutuan kecil (papa,mama) yang saling mengsupport, padahal tempat tidak layak, tapi dengan cinta segalanya teratasi; Ada para gembala yang jadi tamu, menyaksikan peristiwa akbar itu; Ada para majus yang berkunjung dan memberi persembahan khusus; Ada hewan-hewan yang menemani suka cita itu. Persekutuan kecil awal ini, ada dalam komunikasi kasih dengan keramahtamahan. Saling menyapa, senyum gembira, berbagai cerita dan pengalaman berjumpa dengan petunjuk dimana Yesus ada, serta memutuskan untuk mengambil jalan lain agar tidak berjumpa dengan Herodes.
Saya tertarik dengan jawaban arti sederhana oleh seorang anak, ketika memimpin Ibadah perayaan Natal SD Inpres 17 Kayu Putih. Dia menyebutkan arti SEDERHANA adalah “YANG BIASA-BIASA SA” Mari kita ikuti alur pikir anak SD ini, untuk mempergunakan “yang biasa-biasa Sa”. Jawaban anak ini menggelisahkan kita, karena di satu sisi kita masih merayakan Natal dengan semarak, mewah, heboh, di lain sisi masih banyak anak-anak Tuhan juga butuh perhatian dan uluran tangan kita. Dengan sederhana / yang biasa-bisa sa…..kita bisa alihkan “Sebagian” untuk melayani mereka…….dan dengan Senyum penuh ramah tamah mereka turut merasakan Suka Cita Natal tahun ini. Yang “Biasa-Biasa Sa” musti menjadi pola perayaan Natal di 2014 agar bias Ramah Tamah bisa dirasakan oleh semua orang.
Posting Komentar
Posting Komentar